Permusuhan bisa membuat perpecahan, dan perpecahan bisa dimanfaatkan
oleh orang-orang yang ingin menghancurkan persebakbolaan Indonesia,
ketika para pendukungnya justru saling menyerang…
Entah kenapa, mungkin karena ketidaktahuan gue tentang permasalahan
mendasar yang membuat pendukung Viking Persib dan The Jak Persija saling
hujat..
Pertanyaannya, apakah mereka tidak bisa berdamai, dan lebih tenang???
mungkin ini sangat menarik untuk dibahas..
Buat temen2 singamania, ato dari supporter lain dari seluruh
Indonesia, bisa memberikan saran, masukan dan pendapat mengenai hal
ini….
tengkyu
Selasa, 18 Maret 2014
Perjalanan Persib
Nama Persib resmi lahir pada tanggal 14 Maret 1933. Saat itu kompetisi
yang di ikuti Persib adalah Kompetisi Perserikatan. Berikut prestasi
Persib di era perserikatan sampai dengan tahun 1993/1994 (Juara dan Runner-up)
1933 - Runner-up
1934 - Runner-up
1936 - Runner-up
1937 - JUARA
1950 - Runner-up
1959 - Runner-up
1960 - Runner-up
1961 - JUARA
1982/1983 - Runner-up
1984/1985 - Runner-up
1985/1986 - JUARA
1989/1990 - JUARA
1993/1994 - JUARA
(sumber : wikipedia)
Selanjutnya, PSSI menyatukan 2 kompetisi yang berlangsung saat itu yaitu kompetisi Galatama dan Perserikatan menjadi Liga Indonesia.
Prestasi Persib di era Liga Indonesia.
1994/1995 - JUARA dan berhak berlaga di Liga Champions Asia musim selanjutnya
1995/1996 - Peringkat ke-3 dan masuk perempat final Liga Champions Asia.
1996/1997 - Posisi 2 Grup B di 8 besar
1997/1998 - Kompetisi di hentikan
1998/1999 - Peringkat ke-3
1999/2000 - Ke-8 wilayah barat
2000/2001 - 8 besar
2001/2002 - ke-9 wilayah barat
2002/2003 - play off dan lolos dari degradasi
2003/2004 - peringkat ke-6
2004/2005 - ke-5 wilayah barat
2005/2006 - ke-12 wilayah barat
2006/2007 - ke-5 wilayah barat
(berbagai sumber)
Selanjutnya, untuk mengikuti standar FIFA/AFC bahwa PSSI harus menggelar 1 kompetisi tingkat tertinggi yang di ikuti klub-klub profesional, PSSI akhirnya merubah sistem kompetisi menjadi 18 klub yang berlaga dengan sistem pertandingan kandang dan tandang.
1933 - Runner-up
1934 - Runner-up
1936 - Runner-up
1937 - JUARA
1950 - Runner-up
1959 - Runner-up
1960 - Runner-up
1961 - JUARA
1982/1983 - Runner-up
1984/1985 - Runner-up
1985/1986 - JUARA
1989/1990 - JUARA
1993/1994 - JUARA
(sumber : wikipedia)
Selanjutnya, PSSI menyatukan 2 kompetisi yang berlangsung saat itu yaitu kompetisi Galatama dan Perserikatan menjadi Liga Indonesia.
Prestasi Persib di era Liga Indonesia.
1994/1995 - JUARA dan berhak berlaga di Liga Champions Asia musim selanjutnya
1995/1996 - Peringkat ke-3 dan masuk perempat final Liga Champions Asia.
1996/1997 - Posisi 2 Grup B di 8 besar
1997/1998 - Kompetisi di hentikan
1998/1999 - Peringkat ke-3
1999/2000 - Ke-8 wilayah barat
2000/2001 - 8 besar
2001/2002 - ke-9 wilayah barat
2002/2003 - play off dan lolos dari degradasi
2003/2004 - peringkat ke-6
2004/2005 - ke-5 wilayah barat
2005/2006 - ke-12 wilayah barat
2006/2007 - ke-5 wilayah barat
(berbagai sumber)
Selanjutnya, untuk mengikuti standar FIFA/AFC bahwa PSSI harus menggelar 1 kompetisi tingkat tertinggi yang di ikuti klub-klub profesional, PSSI akhirnya merubah sistem kompetisi menjadi 18 klub yang berlaga dengan sistem pertandingan kandang dan tandang.
PERSIB BANDUNG 2012

awal mulanya aku juga gak tau kenapa aku bisa jadi bobotoh. tapi yang aku inget karena aku suka sama pemain timnas no punggung 7 tahun berapa ya aku lupa, yup Eka Ramdani

setelah aku tau dia pemain klub asal bandung *persib* aku langsung tertarik setiap ada pertandingan persib aku nonton walaupun cuma lewat depan layar kaca. waktu itu aku masih kelas 6 SD jadi gak terlalu ngerti permainannya seperti apa. kalau sekarang ya sithik-sithik ngertilah.
sekarang ini persib dah mengalami perubahan dari pemain, pelatih, mungkin juga staff kepelatihan. tapi sayangnya icon persib yakni Eka Ramdani memilih singgah ke Persisam Samarinda untuk musim ini diikuti Cristian Gonzales dan sang pelatih persib 2011, Daniel Roekito.
tapi tidak semua pemain legenda persib memilih pindah. masih ada Maman A., Atep, Airlangga S., Hariono, dan Cecep. tahun ini persib juga diperkuat oleh Abanda H., Robbie Gaspar, Aliyudin, M.Ilham, Moses S., Jandry P., Radovic dan kawan-kawan.
Persib Bandung memiliki penggemar fanatik yang menyebar di seantero provinsi http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat”>Jawa Barat dan Banten, bahkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, mengingat catatan historis sebagai tim kebanggaan dari ibu kota provinsi Jawa Barat. Penggemar Persib menamakan diri sebagai Bobotoh. Pada era Liga Indonesia, Bobotoh kemudian mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking Persib Club, Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper dan Persib-1337


bobotoh di SMP N16 juga lumayan banyak, tapi kalau dikelasku cuma aku. kadang aku diolok-olok kalau persib kalah tapi gakpapa aku sudah sering diperlakukan seperti itu lama-lama jadi terbiasa, mereka pun ternyata cuma bercanda.

mungkin itu dulu ceritaku tentang persib, mungkin bagi kalian ini posting gak penting, tapi bagiku ini salah satu cerita berharga

see you world

Sejarah Persib Bandung
Jagat Persib. Bagi para bobotoh persib tentunya mengenal persib
sampai pada sejarahnya persib bandung tersebut, tetapi bagi anda yang
belum mengenal Sejarah Persib bisa anda baca secara detail di bawah ini,
sumber di ambil dari site id.wikipedia.org/wiki/Persib_Bandung. Selamat
membaca
Persib yang merupakan singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia
Bandung adalah salah satu tim sepak bola Indonesia yang berasal dari
Jawa Barat, khususnya wilayah Bandung. Catatan prestasi tim ini relatif
stabil di papan atas sepak bola Indonesia, sejak era Perserikatan sampai
ke Liga Indonesia masa kini.
Skuad Persib Bandung
Sejarah
Sebelum bernama Persib Bandung, di Kota Bandung berdiri Bandoeng
Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini
merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa
itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian
diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang
pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan
kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota
seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB
(sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB
(Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI
dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB
dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian
kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil
masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ
Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga
diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola Indonesia
Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret
1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah
perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St.
Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub-klub yang bergabung ke dalam Persib
adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP,
MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan
kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk
final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937,
Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas
kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang
dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung &
Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib.
Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering
mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan
oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti
Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan
pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota
Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat
kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola
satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang
tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung
dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu
strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka
pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini
Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi
ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak bolaan yang
dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak
hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan
sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial
Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga
ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk
begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi
berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang,
tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah
sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali
menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib
untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota,
sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di
Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota
perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang
kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO
diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang
berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan
nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya
tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali
atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan
Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu
perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat
nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an
ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib
mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R.
Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas
upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang
sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi
perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib
tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961,
1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu
Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966,
1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi
perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka
merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat
itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks
galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di
babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah
mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono
Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya
terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun
2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru
ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal baik, Persib juga dikenal sebagai klub yang
sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun
senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng
Hudaya, Heri Kiswanto, Ajat Sudrajat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia,
Robby Darwis, Budiman, Nur'alim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik
Setiawan dan Eka Ramdani merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan
Persib.Sampai saat ini Persib Bandung adalah tim Indonesia yang bisa di
bilang paling dibanggakan oleh Indonesia karena prestasi dan
kemampuannya.
Stadion dan Mess
Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Si Jalak Harupat untuk
memainkan laga kandangnya. Setelah sebelumnya memakai Stadion
Siliwangi.
Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib terpaksa harus
meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu
Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang
memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota Bandung tidak
lagi mengeluarkan surat izin menyelenggarakan pertandingan di Stadion
Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak
Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai "home-base" hingga akhir
musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana
membangun Sarana Olahraga baru, termasuk stadion, di kawasan Gedebage.
Stadion itu sendiri, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal
2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk
menyelenggarakan SEA Games tahun 2011 nanti. Stadion ini juga
direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa Barat 2010. Saat ini,
kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi nama Stadion
Utama Sepakbola Gedebage ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan
nilai Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan
memakan waktu 883 hari.
Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad
Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion Sidolig ini
direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat lapangan
latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya terdapat
mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk
kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap
kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya
merupakan ruko-ruko tempat menjual kaos Persib dll. Rencana ini
menimbulkan kerisauan bagi para pedagang di sekitar Stadion Persib
karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika diwajibkan
mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor dan ambruk akibat pipa air yang bocor.
Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlamess
persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess
itu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim
hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas.
Letak Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat
keramaian juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para
bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.
Prestasi
Salah satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi
sepak bola Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada
tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib yang
ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby
Darwis mengalahkan PSM Makassar. Kompetisi sepak bola Galatama dan
tim-tim Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga
Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib
kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam pertandingan
final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal pada
pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga merupakan salah
satu klub Indonesia yang berhasil mencapai babak perempat final Liga
Champions Asia.
Profil Johan Yoga Utama
Persib Bandung kedatangan satu pemain
bernama Johan Yoga Utama. Pemain ini merupakan pemain rekomendasi dari
pelatih Daniel Roekito. Johan berposisi sebagai pemain depan dan bermain
untuk Daniel di Persiba musim lalu.
Menurut wikipedia, Johan merupakan
mantan jebolan PSIS Junior. Bahkan disana tertulis bahwa Johan pernah
membela tim Persitas Tasikmalaya.
Di musim lalu, pemain kelahiran tahun
1990 ini membela Persiba selama 669 menit, dengan 10 kali menjadi
starter dan 5 kali menjadi pengganti. Di musim tersebut, Johan mencetak 2
gol. Uniknya salah satu gol Johan terjadi di gawang Persib Bandung
dalam pertandingan perdana Liga Super Indonesia 2009/2010. Dalam
pertandingan yang dilangsungkan di Stadion Persiba pada tanggal 26 Mei
2009 tersebut, Persib menyerah 2-0.
Profil:
Nama: Johan Yoga Utama
Lahir: Semarang, 19 Februari 1990
Tinggi: 182 cm.
Berat: 72 Kg
Posisi: Striker
Ayah: John Bere
Ibu: Nurhayati
Nama: Johan Yoga Utama
Lahir: Semarang, 19 Februari 1990
Tinggi: 182 cm.
Berat: 72 Kg
Posisi: Striker
Ayah: John Bere
Ibu: Nurhayati
Karier:
PSIS Junior
Diklan Ragunan
Persitas Tasikmalaya
PSIS Semarang
Persiba Balikpapan
PSIS Junior
Diklan Ragunan
Persitas Tasikmalaya
PSIS Semarang
Persiba Balikpapan
Messi Akhirnya Di Boyong Untuk Memperkuat PERSIB

Setelah beberapa pemain anyar yang sudah diumumkan sebelumnya, kini pelatih Persib Jajang Nurjaman kembali mengumukan salah seorang playmaker anyarnya asal Kamerun Mbida Messi. Dengan kehadiran Mbida Messi, dipastikan saat ini Persib sudah memiliki enam pemain tengah dari lima pemain yang sudah ada sebelumnya yakni masing-masing, Supardi, Firman Utina, M Ridwan, Hariono dan Atep yang dipastikan sudah resmi menjadi bagian dari Maung Bandung musim depan. Saat ini kita sudah melakukan kesepakatan dengan playmaker asal Kamerun Mbida Messi.
Dia bermain di Liga Portugal tahun 2010 lalu. Ini dilakukan setelah kita gagal merekrut Gustavo Lopez dan Zah Rahan, ujar Jajang Nurjaman saat jumpa persnya, di Graha Persib Jalan Sulanjana Bandung, kemarin (3/9). Diakui pelatih yang akrab disapa Janur ini, pihaknya mengaku sudah melihat video rekaman performa pemain itu. Janur mengaku tertarik dan sudah lama mengincar pemain berusia 31 tahun ini. Akhirnya kita mengincar satu nama, dan saya sudah mengincar pemain ini (Mbida) dari lama.
Saya pun sudah lihat videonya. Dia pemain bagus dan cocok menjadi seorang jendral lapangan dilini tengah yang patut diandalkan, katanya. Selain Mbida Messi, Persib pun kembali merekrut penjaga gawang muda jebolan Pelita Jaya Karawang U-21 Sahar Ginanjar, Janur mengatakan, sebelum berkostum The Young Guns. Sahar sempat menjadi bagian dari klub anggota Persib Sawsco. Sahar juga diproyeksikan menjadi bagian dari tim kita nanti. Dia pemain muda yang potensial.
Dengan adanya dia, kita punya dua penjaga gawang muda untuk musim depan, ucapnya. Dengan bergabungnya dua pemain tersebut, saat ini skuad Persib dipastikan sudah memiliki 22 pemain dari total yang diperlukan yakni, 25 pemain. Artinya Persib masih memiliki 3 sisa pemain yang akan membela Persib musim depan. Kendati belum semuanya menandatangani kontrak, namun semua pemainnya itu sudah menyatakan kesiapannya bersama Persib. Total pemain Persib musim depan 22 pemain.
Tapi para pemain ini semuanya belum teken kontrak, namun sudah menyatakan deal dan siap bergabung, pungkasnya. Menurut Wikipedia, Messi pernah bermain di Olhanense pada tahun 2006 sampai 2009. Pada saat itu, Olhanense berada di level 2 Liga Portugal, dan berhasil promosi di musim 2008/2009. Terakhir, Mbida tercatat sebagai anggota tim Interclube Liga Anggola.
Pada usianya yang ke-19, Mbida Messi tercatat di skuad timnas Kamerun yang menjuarai Olimpiade 2000 di Australia bersama Samuel Etoo. Dalam skuad tersebut, Messi tercatat sebagai stand by player. Dengan masuknya Messi, artinya kuota pemain asing Persib sudah terpenuhi. Sebelumnya, Persib sudah mencapai kesepakatan dengan Abanda Herman (Kamerun), Dzumafo Epandi (Kamerun), Kenji Adachihara (Jepang) dan Jamie Coyne (Australia) untuk mengarungi kompetisi 2012/13.(asp)
pemain 2009
PENJAGA GAWANG
|
||
No |
Nama
|
Status Terkini
|
1. |
Masih berjuang untuk masuk kedalam tim
|
|
21. |
Mentor Edi Kurnia, Mentor Edi Kurnia
|
|
28. |
Paling menunjang secara fisik dan skill. Sementara menjadi pilihan pertama Arcan Iurie.
|
BELAKANG
|
||
No. |
Nama
|
Status Terkini
|
2. |
Berjuang masuk tim
|
|
4. |
Pemain label timnas, masih masuk rotasi
|
|
5. |
Libero utama, koordinator lini belakang Persib
|
|
13. |
Berjuang masuk tim
|
|
14. |
Pemain serba bisa, tipikal keras tapi dingin, biasanya menjadi marker striker lawan
|
|
20. |
Baru sembuh dari cedera, masih rotasi, pemain yang mempunyai crossing paling bagus
|
|
23. |
Baru sembuh dari cedera, masih rotasi, punya punguasaan daerah sisi yang bagus
|
|
30. |
Tangguh, mantan striker yang di partai uji coba banyak mencetak gol
|
TENGAH
|
||
No. |
Nama
|
Status Terkini
|
3. |
Salah satu pemain senior, pengalamannya berguna buat tim, salah satu ikon Persib
|
|
7. |
Berlari dan terus berlari, membenci kekalahan, simbol dari loyalitas,
totalitas dan kebanggaan, sempat cedera cukup lama di awal kompetisi
|
|
8. |
Berada di belakang Suwita, masih menunggu kesempatan bermain lebih lama
|
|
11. |
Mampu membuktikan diri Persib tak salah mengontraknya, punya kemampuan set piece yang sangat baik
|
|
12. |
Sangat cepat, sementara posisi di sayap kanan masih di rotasi oleh Arcan iurie
|
|
18. |
Roh permainan Persib di lini tengah bersama
|
|
19. |
Kapten tim, mungkin bukan pemain terhebat tapi pemain terpenting dan tidak tergantikan
|
DEPAN
|
||
No. |
Nama
|
Status Terkini
|
9. |
Satu tempat di depan milik Bekamenga, mampu mempengaruhi semangat tim
secara keseluruhan, sangat sibuk mengikuti jadwal LI dan Cameroon U23.
|
|
10. |
Merubah gaya bermain dibanding musim lalu, dari posisi, mempunyai keuntungan dengan kehadiran Bekamengan di musim ini.
|
|
15. |
Lebih stabil bermain daripada musim kemarin, dapat dipasangkan dengan siapa saja, label timnas
|
|
16. |
Rotasi, punya penguasaan bola yang bagus, menunggu kesempatan bermain lebih banyak.
|
PERSIB JUNIOR
|
||
No. | Nama | Status Terkini |
- | N/A | N/A |
PEMAIN YG KELUAR
|
||
No. | Nama | Status Terkini |
- | Kosin Hattaraitanakool
|
Thailand |
- | Usep Munandar | PSMS |
- | Antonio Claudio | Persibom |
- | Charis Yulianto | Sriwijaya FC |
- | Enjang Rohiman | Semen Padang |
- | Anwarudin | Persikab |
- | Andi Hidayat | N/A |
- | Tri Sutrisno | Persikab |
- | Ayouck Berti | N/A |
- | Deden Hermawan | PSMS |
- | Pradit Taweechai | Thailand |
- | Brahima Traore | N/A |
- | Gendut Doni | Persitara |
Sejarah
1933 – 1940

Sebelum lahir nama Persib, pada tahun 1923 di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain bernama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada 14 Maret 1933 kedua klub itu sepakat melebur dan lahirlah perkumpulan baru yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai ketua umum. Klub- klub yang bergabung ke dalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi. Setelah tampil tiga kali sebagai runner up pada Kompetisi Perserikatan 1933 (Surabaya), 1934 (Bandung), dan 1936 (Solo), Persib mengawali juara pada Kompetisi 1939 di Solo.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan “kelas dua”. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan “perang dingin” dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak bolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
1941 – 1969

Setelah Indonesia merdeka, pada 1950 digelar Kongres PSSI di Semarang dan Kompetisi Perserikatan. Persib yang pada saat itu dihuni oleh Aang Witarsa, Amung, Andaratna, Ganda, Freddy Timisela, Sundawa, Toha, Leepel, Smith, Jahja, dan Wagiman hanya mampu menjadi runner-up setelah kalah bersaing dengan Persebaya Persebaya.
Pada tahun 50-an Aang Witarsa dan Anas menjadi pemain asal Persib pertama yang ditarik bergabung dengan tim nasional Indonesia untuk bermain di pentas Asian Games 1950.
Prestasi Persib kembali meningkat pada 1955-1957. Munculnya nama-nama seperti Aang Witarsa dan Ade Dana yang menjadi wakil dari Persib di tim nasional untuk berlaga di Olimpiade Melbourne 1956. Pada ajang itu, tim nasional Indonesia berhasil menahan imbang Uni Sovyet sehingga memaksa diadakan pertandingan ulang yang berujung kekalahan telak untuk Indonesia dengan skor 4-0.
Persib makin disegani. Pada Kompetisi 1961 tim kebanggaan “Kota Kembang” itu meraih juara untuk kedua kalinya setelah mengalahkan PSM Ujungpandang. Materi pemain Persib saat itu adalah Simon Hehanusa, Hermanus, Juju (kiper), Ishak Udin, Iljas Hadade, Rukma, Fatah Hidayat, Sunarto, Thio Him Tjhaiang, Ade Dana, Hengki Timisela, Wowo Sunaryo, Nazar, Omo Suratmo, Pietje Timisela, Suhendar, dll. Karena prestasinya itu, Persib ditunjuk mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepakbola “Piala Aga Khan” di Pakistan pada 1962. Bintang Persib saat itu juga telah lahir Emen “Guru” Suwarman.
Setelah itu, prestasi Persib mengalami pasang surut. Prestasi terbaik Persib di Kompetisi perserikatan meraih posisi runner up pada 1966 setelah kalah dari PSM di Jakarta.
1970 – 1985

Pada tahun 70-an, Persib mengalami masa sulit dan miskin gelar. Namun, Max Timisela, yang menempati posisi gelandang menjadi langganan tim nasional. Puncaknya pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979, Persib terdegradasi ke Divisi I.
Kondisi itu membuat para pembina Persib berpikir keras untuk melakukan revolusi pembinaan. Dipersiapkanlah tim junior yang ditangani pelatih Marek Janota (Polandia). Kemudian, tim senior diarsiteki Risnandar Soendoro. Gabungan pemain junior dan senior ini membuahkan hasil karena Persib berhasil promosi ke Divisi Utama dengan materi pemain seperti Sobur (kiper), Giantoro, Kosasih B, Adeng Hudaya, Encas Tonif, dll.
Hasil polesan Marek ini lahirlah bintang-bintang Persib seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede Iskandar, Boyke Adam, Sobur, Sukowiyono, Iwan Sunarya, dll. Hasil binaan Marek ini membawa Persib lolos ke final bertemu PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1982-1983 dan 1984-1985. Dua kali Persib harus puas sebagai runner up setelah kalah adu penalti. Pada final 1984-1985 mencatat rekor penonton karena membeludak hingga pinggir lapangan. Dari kapasitas 100.000 tempat duduk di Stadion Senayan, jumlah penonton yang hadir mencapai 120.000 orang.
1986 – 1990

Pada tahun 1985 Ateng Wahyudi menjadi ketua umum Persib menggantikan Solihin GP. Harapan yang dinantikan meraih juara kembali akhirnya terwujud. Pada Kompetisi Perserikatan 1986, Persib yang ditangani pelatih Nandar Iskandar meraih juara setelah di final mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Materi pemain Persib saat itu masih hasil polesan Marek Janota seperti Sobur, Boyke Adam (kiper), Robby Darwis, Adjat Sudrajat, Sukowiyono, Yana Rodiana, Adeng Hudaya, Sarjono, Iwan Sunarya, Sidik Djafar, dll.
Prestasi Persib masih tergolong stabil. Meski gelar itu lepas ke tangan PSIS pada Kompetisi 1987 dan Persebaya pada 1988, Persib masih berlaga di Senayan. Persib kembali meraih gelar juara pada Kompetisi 1990 setelah mengalahkan Persebaya 2-0 melalui gol bunuh diri Subangkit, dan Dede Rosadi. Saat itu, Persib yang ditangani pelatih Ade Dana dengan asisten Dede Rusli dan Indra Thohir diperkuat: Samai Setiadi (kiper), Robby Darwis, Adeng Hudaya, Ade Mulyono Asep Sumantri, Nyangnyang/Dede Rosadi, Yusuf Bachtiar, Sutiono Lamso, Adjat Sudrajat, Dede Iskandar, Djadjang Nurdjaman.
1991 – 1994

Pada Kompetisi 1991-1992, Persib gagal mempertahankan gelar setelah kalah 1-2 dari PSM di semifinal, dan 1-2 dari Persebaya pada perebutan tempat ketiga dan keempat. Pada tahun 1993 Wahyu Hamijaya dipilih menjadi ketua umum Persib menggantikan Ateng Wahyudi. Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib meraih gelar juara setelah di final mengalahkan PSM 2-0 melalui gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Persib pun berhak membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya karena kompetisi berikutnya berubah nama menjadi Liga Indonesia, yang pesertanya dari Galatama dan Perserikatan.
Saat merebut gelar juara Kompetisi Perserikatan terakhir, trio pelatih yang menangani Persib adalah Indra Thohir, Djadjang Nurdjaman, dan Emen “Guru” Suwarman. Materi pemainnya, yakni Aris Rinaldi (kiper), Robby Darwis, Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Dede Iskandar, Nandang Kurnaedi, Yusuf Bachtiar, Asep Kustiana, Sutiono Lamso, Kekey Zakaria, Yudi Guntara.
Persib kembali mencatatkan namanya dalam sejarah kompetisi Liga Indonesia. Persib berhasil mencapai final dan menggengam trofi juara dengan menaklukkan Petrokimia Putra dihadapan lebih kurang 80.000 penonton di partai final dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono Lamso pada menit ke-76. Sorai-sorai pun bergemuruh di Stadion Utama Senayan Jakarta. Saat itu, Persib ditangani trio pelatih Indra Thohir, Djadjang Nurdjaman, Emen “Guru” Suwarman. Persib menggunakan formasi 3-5-2 dengan materi pemain adalah Anwar Sanusi (kiper), Robby Darwis, Yadi Mulyadi, Mulyana (belakang). Dede Iskandar (kanan), Nandang Kurnaedi (kiri), Asep “Munir” Kustiana, Yusuf Bachtiar, Yudi Guntara/Asep Sumantri (gelandang), Kekey Zakaria, Sutiono Lamso (depan).
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
1995 – 2009

Sayangnya setelah meraih juara Liga Indonesia I 1994-1995, prestasi Persib mulai menurun. Akan tetapi, dalam kompetisi internasional prestasinya cukup mengesankan karena sempat berlaga sampai perempat final Piala Champion Asia. Namun di tanah air Persib harus merelakan trofi Piala Liga Indonesia jatuh ke tangan saudara se-kota Tim Mastrans Bandung Raya yang akhirnya menjadi juara Liga Indonesia II.
Ternyata perjalanan Persib dalam mengarungi Liga Indonesia tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Meski perombakan di tubuh Persib kerap terjadi, belum juga menuai hasil maksimal, bahkan Persib sempat terancam terdepak dari kompetisi Liga Indonesia karena kerap di posisi papan bawah. Pada Liga Indonesia VII/2001 diarsiteki pelatih Indra Thohir dan Deny Syamsudin, Persib bisa lolos ke babak “8 Besar” di Medan, tetapi akhirnya gagal ke semifinal. Pergantian pelatih pun dilakukan termasuk dengan mendatangkan pelatih dari Polandia, Marek Andrejz Sledzianowski pada Liga Indonesia IX/2003. Namun, Marek Sledzianowski tidak seberuntung seniornya, Marek Janota. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003, Sledzianowski diganti di tengah jalan karena Persib terseok-seok di papan bawah. Untuk menghindari jurang degradasi, pengurus Persib mendatangkan pelatih asing asal Cile, Juan Antonio Paez. Upaya ini berhasil melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama, dan Paez dipertahankan hingga Liga Indonesia X/2004.
Pada Liga Indonesia XI/2005, Indra Thohir kembali dipanggil. Namun, Persib harus puas di peringkat lima. Kompetisi berikutnya, Risnandar Soendoro dipercaya menjadi pelatih. Namun, dia hanya bertahan hingga dua pertandingan awal kandang setelah kalah dari PSIS dan Persiap di Stadion Siliwangi Bandung dan posisinya diganti Arcan Iurie Anatolievici. Pelatih asal Moldova itu kembali dipertahankan untuk menukangi Persib pada Liga Indonesia XIII 2007. Saat itu, Persib sudah diprediksi bakal meraih gelar juara karena pada paruh musim tampil sebagai pemuncak klasemen Wilayah Barat dan memenangkan duel dengan PSM sebagai pemuncak klasemen Wilayah Timur.
Akan tetapi, pada putaran kedua, Persib terpeleset dan prestasinya menurun sehingga menempati peringkat kelima dan gagal lolos ke babak “8 Besar”. Pada Kompetisi Liga Super Indonesia I/2008-2009 untuk kali pertama Persib diracik pelatih dari luar Bandung. Jaya Hartono (Medan), yang membawa Persik Kediri menggondol Piala LI IX/2003 dipanggil untuk meracik Persib. Sayangnya, Persib harus puas menempati peringkat tiga dalam kompetisi yang menggunakan format satu wilayah itu. Pada Liga Super Indonesia II/2009-2010, Persib yang masih ditangani Jaya Hartono kemudian diganti asistennya Robby Darwis pada putaran kedua kompetisi hanya menempati peringkat keempat klasemen akhir.
Sebagai tim yang dikenal baik, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nur’alim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan dan Eka Ramdani merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.Sampai saat ini Persib Bandung adalah tim Indonesia yang bisa di bilang paling dibanggakan oleh Indonesia karena prestasi dan kemampuannya.

Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Si Jalak Harupat untuk memainkan laga kandangnya. Setelah sebelumnya memakai Stadion Siliwangi.
Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib terpaksa harus meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota Bandung tidak lagi mengeluarkan surat ijin menyelenggarakan pertandingan di Stadion Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai “home-base” hingga akhir musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana membangun Sarana Olahraga baru, termasuk stadion, di kawasan Gedebage. Stadion itu sendiri, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal 2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk menyelenggarakan SEA Games tahun 2011 nanti. Stadion ini juga direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa Barat 2010. Saat ini, kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi nama West Java Stadium ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan nilai Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan memakan waktu 883 hari.
Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion Sidolig ini direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat lapangan latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya terdapat mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya merupakan ruko-ruko tempat menjual kaos Persib dll. Rencana ini menimbulkan kerisauan bagi para pedagang di sekitar Stadion Persib karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika diwajibkan mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor dan ambruk akibat pipa air yang bocor. Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlamess persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess itu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas. Letak Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat keramaian juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.

Sebelum lahir nama Persib, pada tahun 1923 di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain bernama Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada 14 Maret 1933 kedua klub itu sepakat melebur dan lahirlah perkumpulan baru yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai ketua umum. Klub- klub yang bergabung ke dalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi. Setelah tampil tiga kali sebagai runner up pada Kompetisi Perserikatan 1933 (Surabaya), 1934 (Bandung), dan 1936 (Solo), Persib mengawali juara pada Kompetisi 1939 di Solo.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan “kelas dua”. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan “perang dingin” dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak bolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
1941 – 1969

Setelah Indonesia merdeka, pada 1950 digelar Kongres PSSI di Semarang dan Kompetisi Perserikatan. Persib yang pada saat itu dihuni oleh Aang Witarsa, Amung, Andaratna, Ganda, Freddy Timisela, Sundawa, Toha, Leepel, Smith, Jahja, dan Wagiman hanya mampu menjadi runner-up setelah kalah bersaing dengan Persebaya Persebaya.
Pada tahun 50-an Aang Witarsa dan Anas menjadi pemain asal Persib pertama yang ditarik bergabung dengan tim nasional Indonesia untuk bermain di pentas Asian Games 1950.
Prestasi Persib kembali meningkat pada 1955-1957. Munculnya nama-nama seperti Aang Witarsa dan Ade Dana yang menjadi wakil dari Persib di tim nasional untuk berlaga di Olimpiade Melbourne 1956. Pada ajang itu, tim nasional Indonesia berhasil menahan imbang Uni Sovyet sehingga memaksa diadakan pertandingan ulang yang berujung kekalahan telak untuk Indonesia dengan skor 4-0.
Persib makin disegani. Pada Kompetisi 1961 tim kebanggaan “Kota Kembang” itu meraih juara untuk kedua kalinya setelah mengalahkan PSM Ujungpandang. Materi pemain Persib saat itu adalah Simon Hehanusa, Hermanus, Juju (kiper), Ishak Udin, Iljas Hadade, Rukma, Fatah Hidayat, Sunarto, Thio Him Tjhaiang, Ade Dana, Hengki Timisela, Wowo Sunaryo, Nazar, Omo Suratmo, Pietje Timisela, Suhendar, dll. Karena prestasinya itu, Persib ditunjuk mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepakbola “Piala Aga Khan” di Pakistan pada 1962. Bintang Persib saat itu juga telah lahir Emen “Guru” Suwarman.
Setelah itu, prestasi Persib mengalami pasang surut. Prestasi terbaik Persib di Kompetisi perserikatan meraih posisi runner up pada 1966 setelah kalah dari PSM di Jakarta.
1970 – 1985

Pada tahun 70-an, Persib mengalami masa sulit dan miskin gelar. Namun, Max Timisela, yang menempati posisi gelandang menjadi langganan tim nasional. Puncaknya pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979, Persib terdegradasi ke Divisi I.
Kondisi itu membuat para pembina Persib berpikir keras untuk melakukan revolusi pembinaan. Dipersiapkanlah tim junior yang ditangani pelatih Marek Janota (Polandia). Kemudian, tim senior diarsiteki Risnandar Soendoro. Gabungan pemain junior dan senior ini membuahkan hasil karena Persib berhasil promosi ke Divisi Utama dengan materi pemain seperti Sobur (kiper), Giantoro, Kosasih B, Adeng Hudaya, Encas Tonif, dll.
Hasil polesan Marek ini lahirlah bintang-bintang Persib seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede Iskandar, Boyke Adam, Sobur, Sukowiyono, Iwan Sunarya, dll. Hasil binaan Marek ini membawa Persib lolos ke final bertemu PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1982-1983 dan 1984-1985. Dua kali Persib harus puas sebagai runner up setelah kalah adu penalti. Pada final 1984-1985 mencatat rekor penonton karena membeludak hingga pinggir lapangan. Dari kapasitas 100.000 tempat duduk di Stadion Senayan, jumlah penonton yang hadir mencapai 120.000 orang.
1986 – 1990

Pada tahun 1985 Ateng Wahyudi menjadi ketua umum Persib menggantikan Solihin GP. Harapan yang dinantikan meraih juara kembali akhirnya terwujud. Pada Kompetisi Perserikatan 1986, Persib yang ditangani pelatih Nandar Iskandar meraih juara setelah di final mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Materi pemain Persib saat itu masih hasil polesan Marek Janota seperti Sobur, Boyke Adam (kiper), Robby Darwis, Adjat Sudrajat, Sukowiyono, Yana Rodiana, Adeng Hudaya, Sarjono, Iwan Sunarya, Sidik Djafar, dll.
Prestasi Persib masih tergolong stabil. Meski gelar itu lepas ke tangan PSIS pada Kompetisi 1987 dan Persebaya pada 1988, Persib masih berlaga di Senayan. Persib kembali meraih gelar juara pada Kompetisi 1990 setelah mengalahkan Persebaya 2-0 melalui gol bunuh diri Subangkit, dan Dede Rosadi. Saat itu, Persib yang ditangani pelatih Ade Dana dengan asisten Dede Rusli dan Indra Thohir diperkuat: Samai Setiadi (kiper), Robby Darwis, Adeng Hudaya, Ade Mulyono Asep Sumantri, Nyangnyang/Dede Rosadi, Yusuf Bachtiar, Sutiono Lamso, Adjat Sudrajat, Dede Iskandar, Djadjang Nurdjaman.
1991 – 1994

Pada Kompetisi 1991-1992, Persib gagal mempertahankan gelar setelah kalah 1-2 dari PSM di semifinal, dan 1-2 dari Persebaya pada perebutan tempat ketiga dan keempat. Pada tahun 1993 Wahyu Hamijaya dipilih menjadi ketua umum Persib menggantikan Ateng Wahyudi. Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib meraih gelar juara setelah di final mengalahkan PSM 2-0 melalui gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Persib pun berhak membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya karena kompetisi berikutnya berubah nama menjadi Liga Indonesia, yang pesertanya dari Galatama dan Perserikatan.
Saat merebut gelar juara Kompetisi Perserikatan terakhir, trio pelatih yang menangani Persib adalah Indra Thohir, Djadjang Nurdjaman, dan Emen “Guru” Suwarman. Materi pemainnya, yakni Aris Rinaldi (kiper), Robby Darwis, Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Dede Iskandar, Nandang Kurnaedi, Yusuf Bachtiar, Asep Kustiana, Sutiono Lamso, Kekey Zakaria, Yudi Guntara.
Persib kembali mencatatkan namanya dalam sejarah kompetisi Liga Indonesia. Persib berhasil mencapai final dan menggengam trofi juara dengan menaklukkan Petrokimia Putra dihadapan lebih kurang 80.000 penonton di partai final dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono Lamso pada menit ke-76. Sorai-sorai pun bergemuruh di Stadion Utama Senayan Jakarta. Saat itu, Persib ditangani trio pelatih Indra Thohir, Djadjang Nurdjaman, Emen “Guru” Suwarman. Persib menggunakan formasi 3-5-2 dengan materi pemain adalah Anwar Sanusi (kiper), Robby Darwis, Yadi Mulyadi, Mulyana (belakang). Dede Iskandar (kanan), Nandang Kurnaedi (kiri), Asep “Munir” Kustiana, Yusuf Bachtiar, Yudi Guntara/Asep Sumantri (gelandang), Kekey Zakaria, Sutiono Lamso (depan).
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
1995 – 2009

Sayangnya setelah meraih juara Liga Indonesia I 1994-1995, prestasi Persib mulai menurun. Akan tetapi, dalam kompetisi internasional prestasinya cukup mengesankan karena sempat berlaga sampai perempat final Piala Champion Asia. Namun di tanah air Persib harus merelakan trofi Piala Liga Indonesia jatuh ke tangan saudara se-kota Tim Mastrans Bandung Raya yang akhirnya menjadi juara Liga Indonesia II.
Ternyata perjalanan Persib dalam mengarungi Liga Indonesia tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Meski perombakan di tubuh Persib kerap terjadi, belum juga menuai hasil maksimal, bahkan Persib sempat terancam terdepak dari kompetisi Liga Indonesia karena kerap di posisi papan bawah. Pada Liga Indonesia VII/2001 diarsiteki pelatih Indra Thohir dan Deny Syamsudin, Persib bisa lolos ke babak “8 Besar” di Medan, tetapi akhirnya gagal ke semifinal. Pergantian pelatih pun dilakukan termasuk dengan mendatangkan pelatih dari Polandia, Marek Andrejz Sledzianowski pada Liga Indonesia IX/2003. Namun, Marek Sledzianowski tidak seberuntung seniornya, Marek Janota. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003, Sledzianowski diganti di tengah jalan karena Persib terseok-seok di papan bawah. Untuk menghindari jurang degradasi, pengurus Persib mendatangkan pelatih asing asal Cile, Juan Antonio Paez. Upaya ini berhasil melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama, dan Paez dipertahankan hingga Liga Indonesia X/2004.
Pada Liga Indonesia XI/2005, Indra Thohir kembali dipanggil. Namun, Persib harus puas di peringkat lima. Kompetisi berikutnya, Risnandar Soendoro dipercaya menjadi pelatih. Namun, dia hanya bertahan hingga dua pertandingan awal kandang setelah kalah dari PSIS dan Persiap di Stadion Siliwangi Bandung dan posisinya diganti Arcan Iurie Anatolievici. Pelatih asal Moldova itu kembali dipertahankan untuk menukangi Persib pada Liga Indonesia XIII 2007. Saat itu, Persib sudah diprediksi bakal meraih gelar juara karena pada paruh musim tampil sebagai pemuncak klasemen Wilayah Barat dan memenangkan duel dengan PSM sebagai pemuncak klasemen Wilayah Timur.
Akan tetapi, pada putaran kedua, Persib terpeleset dan prestasinya menurun sehingga menempati peringkat kelima dan gagal lolos ke babak “8 Besar”. Pada Kompetisi Liga Super Indonesia I/2008-2009 untuk kali pertama Persib diracik pelatih dari luar Bandung. Jaya Hartono (Medan), yang membawa Persik Kediri menggondol Piala LI IX/2003 dipanggil untuk meracik Persib. Sayangnya, Persib harus puas menempati peringkat tiga dalam kompetisi yang menggunakan format satu wilayah itu. Pada Liga Super Indonesia II/2009-2010, Persib yang masih ditangani Jaya Hartono kemudian diganti asistennya Robby Darwis pada putaran kedua kompetisi hanya menempati peringkat keempat klasemen akhir.
Sebagai tim yang dikenal baik, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nur’alim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan dan Eka Ramdani merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.Sampai saat ini Persib Bandung adalah tim Indonesia yang bisa di bilang paling dibanggakan oleh Indonesia karena prestasi dan kemampuannya.
Stadion dan Mess

Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Si Jalak Harupat untuk memainkan laga kandangnya. Setelah sebelumnya memakai Stadion Siliwangi.
Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib terpaksa harus meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota Bandung tidak lagi mengeluarkan surat ijin menyelenggarakan pertandingan di Stadion Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai “home-base” hingga akhir musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana membangun Sarana Olahraga baru, termasuk stadion, di kawasan Gedebage. Stadion itu sendiri, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal 2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk menyelenggarakan SEA Games tahun 2011 nanti. Stadion ini juga direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa Barat 2010. Saat ini, kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi nama West Java Stadium ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan nilai Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan memakan waktu 883 hari.
Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion Sidolig ini direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat lapangan latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya terdapat mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya merupakan ruko-ruko tempat menjual kaos Persib dll. Rencana ini menimbulkan kerisauan bagi para pedagang di sekitar Stadion Persib karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika diwajibkan mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor dan ambruk akibat pipa air yang bocor. Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlamess persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess itu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas. Letak Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat keramaian juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.
Prestasi
Salah satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi sepak bola Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib yang ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby Darwis mengalahkan PSM Makassar. Kompetisi sepak bola Galatama dan tim-tim Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam pertandingan final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal pada pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga merupakan salah satu klub Indonesia yang berhasil mencapai babak perempat final Liga Champions Asia.Persib Bandung Klub Sepak Bola Terbaik Di Dunia ?
Afia Hidayat - Awalnya berita ini didapatkan
dari running text sebuah stasiun televisi swasta nasional, yang
menyebutkan bahwa versi The Top Ten Persib Bandung merupakan klub sepak bola
terbaik di dunia. Agak unik juga membaca berita tersebut, lantas nama situsnya
ditelusuri, maka ketemulah http://www.thetoptens.com/best-football-soccer-club/.
Ternyata benar, disitu tercantum Persib Bandung (Indonesia) berada
di peringkat pertama sebagai klub terbaik di dunia, berikutnya disusul
peringkat kedua dan seterusnya, Barcelona (Spanyol), Manchester Unites
(Inggris), Real Madrid (Spanyol), Chelsea (Inggris),
sampai peringkat keseratus, Cruz Azul (Meksiko).
Adapun penentuan peringkat mengacu pada hasil voting, ketika
tulisan ini diturunkan Persib Bandung sudah meraih 13 persen suara, sementara
Barcelona 11 persen, dan Manchester United (10 persen). Sukses Persib Bandung
mengalahkan klub-klub raksasa dunia tentu saja sangat mengejutkan banyak pihak.
Bahkan, banyak partisipan (voter) yang baru pertama mengetahui nama Persib,
bahkan nama Bandung sekalipun.
Pencapaian Persib Bandung tidak terlepas dari dukungan luar
biasa dari para pendukung (bobotoh) yang berada di tanah Pasundan, Indonesia
dan manca negara. Tak heran jika muncul komentar bahwa Persib bukan hanya sekedar
sepkabola belaka, melainkan sudah menjadi bagian hidup masyarakat Jawa Barat
khususnya Bandung. Dari kakek nenek, orang tua hingga anak-anak senantiasa mendukung Persib dengan sepenuh hati.
Adapun untuk peringkat pemain sepak bola terbaik dunia 2012 –
2013, hasilnya sebagaimana yang diprediksi banyak pihak, yaitu peringkat
pertama Lionel Messi (23 persen suara), Christiano Ronaldo (23 persen), Neymar
(6 persen), Wayne Rooney (5 persen) dan Robin van Versie (5 persen).
Selengkapnya sampai peringkat 100 dapat dilihat di http://www.thetoptens.com/best-soccer-players-2012-2013/
.
Sebagai catatan Persib Bandung didirikan pada tahun 1933,
memiliki julukan pangeran biru dan lebih terkenal sebagai maung Bandung.
Beberapa bulan mendatang klub sepak bola ini akan menempati stadion sepak bola
terbaik di Indonesia, yaitu Stadion Gelora Bandung lautan Api di bagian timur
Kota Bandung. Sampai tulisan ini diturunkan, yaitu pada musim kompetisi 2012 –
2013, Persib menempati peringkat kedua Liga Super Indonesia
di bawah Persipura Jaya Pura. Sedangkan prestasi tertingginya sebagai juara
liga Indonesia dicapai tahun 1995.
Profil Pemain Persib
I Made Wirawan adalah seorang pesepakbola Indonesia yang saat ini
bermain untuk klub Persib Bandung di Liga Super Indonesia pada posisi
penjaga gawang. Wikipedia
Supardi Nasir adalah pemain sepak bola Indonesia yang saat ini bermain
untuk Persib Bandung di Liga Super Indonesia sebagai bek. Wikipedia
Lahir: 9 April 1983 (30 tahun), Pulau Bangka, Indonesia
Tinggi: 1,73 m
Awal karier: 2002
Tim saat ini: Tim nasional sepak bola Indonesia (Bek), Persib Bandung(#22 / Bek)
Ahmad Jufrianto adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Dia biasa
disapa dengan panggilan karib "Jupe". Saat ini dia bermain untuk Persib
Bandung di Liga Super Indonesia. Sebelum bermain di Persib Bandung dia
bermain di tim Sriwijaya FC. Wikipedia
Lahir: 7 Februari 1987 (26 tahun), Kota Tangerang, Indonesia
Tinggi: 1,80 m
Awal karier: 2005
Tim saat ini: Tim nasional sepak bola Indonesia (Gelandang), Persib Bandung (#13 / Bek, Gelandang)
Tony Sucipto adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini ia bermain untuk Persib Bandung di Liga Super Indonesia. Wikipedia
Lahir: 12 Februari 1986 (27 tahun), Kota Surabaya, Indonesia
Tinggi: 1,68 m
Awal karier: 2004
Tim saat ini: Tim nasional sepak bola Indonesia (Gelandang), Persib Bandung (#16 / Gelandang)
Hariono adalah seorang pemain sepak bola Indonesia asal Sidoarjo dan
saat ini bermain untuk Persib Bandung di Liga Super Indonesia. Ia
berposisi sebagai gelandang bertahan. Wikipedia
Maman Abdurrahman adalah pesepakbola putra Indonesia yang bermain di
Liga Super Indonesia dan bertinggi badan 174 cm. Ia berposisi sebagai
bek dan bermain untuk Persib Bandung. Wikipedia
Firman Utina adalah seorang pemain sepak bola Indonesia berdarah
Gorontalo yang berposisi sebagai gelandang tengah. Saat ini ia bermain
untuk tim Persib Bandung di Liga Super Indonesia dan juga mewakili
negara dalam Timnas sepak bola Indonesia. Wikipedia
Muhammad Ridwan adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Ia dapat
bermain dalam posisi bek maupun gelandang.Klub nya saat ini adalah
Persib Bandung pada musim kompetisi 2012/2013 . Wikipedia
Lahir: 8 Juli 1980 (33 tahun), Kota Semarang, Indonesia
Tinggi: 1,73 m
Awal karier: 1999
Tim saat ini: Tim nasional sepak bola Indonesia (Bek), Persib Bandung(#23 / gelandang)
Atep adalah pemain sepak bola Indonesia. Atep merupakan pemain binaan PS
UNI. Atep merupakan pemain muda potensial yang berposisi sebagai
gelandang serang. Wikipedia
Lahir: 5 Juni 1985 (28 tahun), Kabupaten Cianjur, Indonesia
Tinggi: 1,68 m
Serginho "Sergio" van Dijk adalah pemain sepak bola Indonesia keturunan
Belanda. Bermain untuk Persib Bandung di Liga Super Indonesia. Wikipedia
Lahir: 6 Agustus 1982 (31 tahun), Assen, Belanda
Tinggi: 1,85 m
Awal karier: 2000
Tim saat ini: Tim nasional sepak bola Indonesia (Penyerang), Persib Bandung (#10 / Penyerang)
Tantan adalah pemain sepak bola Indonesia yang saat ini bermain untuk Persib Bandung di Liga Super Indonesia. Wikipedia
Ferdinand Alfred Sinaga merupakan seorang pemain sepak bola
berkebangsaan Indonesia yang kini bermain di klub Persisam Putra
Samarinda. Dia dilahirkan di Bengkulu. Bertinggi badan 170 cm dan berat
65 kg. Berposisi sebagai penyerang. Wikipedia
Langganan:
Postingan (Atom)